Arti Ilmu Geologi
Wednesday, May 28, 2014
Arti Ilmu Geologi - Hello greetings friends decivilisme, In the article that you will read this time with the title Arti Ilmu Geologi, We have prepared this article well for you to read and take learning information in it. hopefully the contents of the post
Article Materi Rekayasa Geologi,
Article Materi Teknik Sipil, what you are about to read can be understood well. happy readinga.
Title : Arti Ilmu Geologi
link : Arti Ilmu Geologi
You are currently reading the article Arti Ilmu Geologi with link address https://decivilisme.blogspot.com/2014/05/arti-ilmu-geologi_28.html
Title : Arti Ilmu Geologi
link : Arti Ilmu Geologi
Arti Ilmu Geologi
Arti Ilmu Geologi
1.1 Definisi dan Pengertian Geologi
Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan.
Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi mulai dari perhiasan, perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke bahan energinya, seperti minyak dan gas bumi serta batubara. Dan hampir setiap bentuk kegiatan manusia akan berhubungan dengan bumi, baik itu berupa pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-gedung bertingkat yang dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk memenuhi kebutuhannya seperti bahan-bahan tambang maupun energi seperti migas dan batubara, yang harus digali dan diambil dari dalam bumi. Kaitannya yang sangat erat dengan bidang-bidang kerekayasaan tersebut seperti Teknik Sipil, Pertambangan, Pengembangan Wilayah dan Tata Kota serta Lingkungan, menyebabkan ilmu ini semakin banyak dipelajari, tidak saja oleh mereka yang akan memperdalam bidang geologi sebagai profesinya, tetapi juga bagi lainnya yang bidang profesinya mempunyai kaitan yang erat dengan bumi.
Seorang ahli geologi mempunyai tugas disamping melakukan penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri yang masih menyelimuti proses-proses yang berhubungan dengan bahan-bahan yang membentuk bumi, gerak-gerak dan perubahan yang terjadi seperti gempa-bumi dan meletusnya gunungapi, juga mencari dan mencoba menemukan bahan-bahan yang kita butuhkan yang diambil dari dalam bumi seperti bahan tambang dan minyak dan gas bumi. Dengan semakin berkembangnya penghuni bumi, dimana sebelumnya pemilihan wilayah pemukiman bukan merupakan masalah, sekarang ini pengembangan wilayah harus memperhatikan dukungan terhadap lingkungan yang ditentukan oleh faktor-faktor geologi agar pembangunannya tidak merusak keseimbangan alam. Karena itu tugas seorang ahli geologi disamping apa yang diuraikan diatas, juga mempelajari sifat-sifat bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa-bumi dll; meramalkan dan bagaimana cara menghindarinya.
Karena luasnya bidang-bidang yang dicakup, maka Geologi lazimnya dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Geologi Fisik dan Geologi Dinamis. Geologi Fisik atau Physical Geology, adalah suatu studi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi, seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi, selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir, serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi Matahari dan tarikan gayaberat bumi. Proses-proses yang dimaksud itu, dapat dijabarkan sebagai pelapukan, pengikisan, pemindahan dan pengendapan.
Dalam skema dibawah ini diperlihatkan hubungan yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara Litosfir yang merupakan bagian paling luar dari Bumi yang bersifat padat, dengan Atmosfir (udara) dan Hidrosfir (selaput air), yang kemudian menciptakan Biosfir yang merupakan bagian dari Bumi dimana terdapat interaksi antara ketiganya dan kehidupan di Bumi. Interaksi ini menyebabkan sifat bumi yang dinamis.
Gambar 1.1 Interaksi antara Litosfir, Hidrosfir, Biosfir dan Atmosfir
Kedalam Biosfir itu termasuk semua jenis kehidupan yang ada di Bumi. Dan semuanya itu terkumpul dalam lapisan atau zona yang dimulai dari dasar samudra keatas dan menembus hingga beberapa kilometer kedalam Atmosfir. Kemudian tepat dibawah Atmosfir dan samudra terdapat bagian yang keras dari bumi yang disebut Litosfir.
Disisi lain, Geologi Dinamis adalah bagian dari Ilmu Geologi yang mempelajari dan membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan pegunungan. Dalam perioda abad ke 20, bagian dari ilmu geologi ini dapat dikatakan sedang berada dalam puncak perkembangannya yang semakin mempesona bagi para pakar ilmu kebumian, yaitu dengan dicetuskannya Konsep Tektonik Global Yang Baru (The New Global Tectonic) dengan Teori Tektonik Lempengnya. Teori ini telah menimbulkan suatu revolusi dalam pemikiran-pemikirannya dan telah banyak mempengaruhi cabang-cabang lainnya dari ilmu geologi seperti petrologi, stratigrafi, geologi struktur, tektonik serta implikasinya terhadap pembentukan cebakan mineral, minyak bumi dan sebagainya.
1.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Geologi
Pada awalnya, orang tertarik untuk mempelajari geologi hanya karena didorong oleh rasa keingin tahuan terhadap apa yang dilihat dan dirasakan disekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan dengan tersiratnya konsep-konsep terjadinya bumi di hampir semua budaya kuno dan dalam ajaran-ajaran agamanya. Proses-proses alam yang menakjubkan, seperti meletusnya gunung-api yang mengeluarkan bahan-bahan pijar dari dalam perut bumi, goncangan bumi yang menghancurkan segala yang ada dimuka bumi dsb, telah mendorong orang-orang untuk mencari jawabannya.
Ilmu Geologi itu sendiri sebenarnya dapat dikatakan baru dimulai pada sekitar tahun 500 hingga 300 tahun sebelum Masehi, yang didasarkan kepada fakta-fakta yang disusul dengan pemikiran-pemikiran dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh pakar-pakar filsafat Yunani dan geologi sejak itu berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan tentang Bumi. Dengan semakin majunya peradaban dimana banyak benda-benda kebutuhan manusia dibuat yang memerlukan bahan-bahan tambang seperti besi, tembaga, emas dan perak, kemudian juga batubara dan minyak bumi sebagai sumber energi, dan karena mereka ini harus diambil dari dalam bumi, maka Ilmu Geologi kemudian berkembang sebagai ilmu terapan, yang dalam hal ini berfungsi sebagai penuntun penting didalam eksplorasi. Disamping itu geologi di jaman modern juga ternyata berkembang sebagai ilmu terapan didalam pembangunan teknik sipil dan pengembangan wilayah. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terhadap bangunan-bangunan teknik sipil seperti waduk, bendung, terowongan, jembatan, jalan dan sebagainya, memerlukan data geologi, karena mereka ini harus dibangun diatas permukaan bumi.
Dengan semakin meningkatnya penghunian bumi yang diikuti dengan penyediaan sarananya, maka lokasi hunian yang semula terletak didaerah-daerah yang mudah dijangkau dan sederhana tatanan geologinya, sekarang sudah meluas kewilayah-wilayah yang rumit dan memerlukan pengetahuan geologi yang lebih lengkap dan teliti didalam pembangunannya. Air yang merupakan salah satu unsur daripada bumi, menjadi kebutuhan kehidupan yang sangat vital baik untuk rumah tangga, pertanian maupun sebagai energi pembangkit listrik yang harus disediakan. Akhir-akhir ini masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin mencuat ke permukaan, baik yang disebabkan oleh proses alam itu sendiri maupun yang disebabkan karena ulah manusia didalam membangun sarana dan memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti penggalian-penggalian bahan tambang dan bangunan, pengambilan air tanah, sumberdaya energi seperti batubara dan minyak-bumi dsb. yang dilakukan tanpa dilandasi oleh perhitungan keadaan geologi setempat. Pengetahuan geologi dalam hal ini menjadi penting didalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya bencana lingkungan.
Karena luasnya cakupan ilmu geologi, maka dalam buku ini akan dibahas tentang pengetahuan dasar ilmu geologi, termasuk didalamnya adalah uraian tentang pengertian ilmu geologi, arti waktu dalam geologi serta konsep-konsep dan hukum-hukum dalam ilmu geologi. Disamping itu dalam buku ini dibahas juga tentang sejarah ilmu geologi dan kedudukannya didalam Alam Semesta dan Tata Surya, bahan-bahan yang membentuk bumi serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan yang bertanggungjawab terhadap perubahan-perubahan pada rupa (wajah) permukaan Bumi, pengenalan mengenai mineral dan batuan sebagai bagian yang menyusun kerak bumi, pengetahuan tentang pengindraan jauh dalam ilmu geologi, geologi struktur, stratigrafi, sejarah geologi, fosil, paleogeografi bumi, dan peta geologi.
1.3 Arti Waktu Dalam Geologi
Sebagai landasan prinsip untuk dapat mempelajari ilmu geologi adalah bahwasanya kita harus menganggap bumi ini sebagai suatu benda yang secara dinamis berubah sepanjang masa, setiap saat dan setiap detik. Dalam gambaran seperti itu maka salah satu segi yang khas dalam geologi dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya adalah yang menyangkut masalah “waktu”. Salah satu pertanyaan yang timbul yang berhubungan dengan masalah waktu itu, adalah: Apakah kejadian-kejadian seperti proses-proses alam yang dapat kita amati sekarang ini, seperti mengalirnya air di permukaan, gelombang yang memecah di pantai, sungai yang mengalir sambil mengikis dan mengendapkan bebannya dll, juga berlangsung dimasa-masa lampau selama bumi ini berkembang? Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh James Hutton, seorang ilmuwan alam, yang oleh banyak ilmuwan-ilmuwan dianggap sebagai bapak dari ilmu geologi modern, yang pada tahun 1785 untuk pertama kalinya mengeluarkan suatu pernyataan yang sekarang ini dikenal sebagai “doctrine of unifornitarianism”.
Pencetus geologi modern ini yang kemudian dikenal sebagai “Huttonian revolution”, mengemukakan pemikiran-pemikirannya sebagai berikut: (1) Bahwasanya proses-proses alam yang sekarang ini menyebabkan perubahan pada permukaan bumi, juga telah bekerja sepanjang umur dari bumi ini. Dengan perkataan lain, apa yang kita lihat, kita amati yang terjadi di bumi sekarang ini, juga berlangsung dimasa lampau. (2) Ia juga mengamati bahwa proses-proses tersebut yang walaupun bekerja sangat lambat, tetapi pada akhirnya mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang sangat besar pada bumi. Ini berarti bahwa untuk itu diperlukan waktu yang sangat lama; yang kemudian disimpulkan bahwa umur bumi ini sangat tua. (3) Bahwa bumi ini sangat dinamis, yang berarti mengalami perubahan-perubahan yang terus-menerus mengikuti suatu pola daur (siklus) yang berulang-ulang.
Hutton, yang berkebangsaan Skotlandia ini hidup antara tahun 1726 dan 1797. Pada jaman itu tentu saja tidak semua ilmuwan dapat menerima pemikirannya yang begitu maju pada saat itu. Diantaranya adalah sekelompok ilmuwan yang meyakini adanya kejadian-kejadian yang bersifat malapetaka, seperti cerita Nabi Nuh, yang menyebutkan terjadinya peristiwa penenggelaman daratan yang tiba-tiba. Kelompok ini dikenal sebagai penganut katastropisma, yaitu yang mempercayai adanya peristiwa-peristiwa yang tiba-tiba yang berupa malapetaka yang menghancurkan. Artinya kejadian-kejadian di bumi ini tidak berlangsung secara perlahan dan menerus, tetapi berubah secara tiba-tiba melalui penghancuran yang berlangsung sangat cepat. Pola pemikiran ini didasarkan kepada kejadian-kejadian seperti meletusnya gunungapi yang merupakan malapetaka yang berlangsung dalam sekejap dan tiba-tiba; kemudian gempa bumi, tanah longsor dsb. Dalam gambaran pikiran mereka, bentuk-bentuk bentang alam seperti gunung-gunung yang menjulang tinggi, dianggapnya sebagai hasil dari suatu peristiwa yang bersifat mendadak dan berlangsung relatif cepat. Hutton menganggap bahwa kejadian-kejadian itu hanya sebagai bagian kecil saja dari proses uniformitarianism.
Penerapan yang nyata dari doktrin ini umpamanya adalah: sisa-sisa atau jejak-jejak binatang seperti koral, cangkang kerang dan lainnya yang kita jumpai sekarang didalam batuan dipegunungan-pegunungan yang tinggi (atau didaratan), dapat ditafsirkan sebagai bukti bahwasanya daerah tersebut pernah mengalami suatu genang laut, atau merupakan dasar lautan, mengingat binatang-binatang yang terdapat dalam batuan itu serupa dengan yang kini dijumpai sebagai penghuni lautan. Jadi disinilah arti dari “the present is the key to the past”.
Gelombang yang memecah dipantai serta air yang mengalir di sungai di permukaan bumi, kemudian mengendapkan bahan-bahannya di muara seperti bongkah, kerikil, pasir dan lempung, kemudian lava leleh-pijar yang keluar dan mengalir dari kepundan gunungapi dan kemudian mendingin serta membeku membentuk batuan, merupakan jejak-jejak dan bukti-bukti untuk mengungkapkan bagaimana proses-proses itu bekerja. Rekaman-rekaman kejadian seperti itu kadang-kadang dapat dilihat dengan begitu jelas sehingga kita akan mampu membaca dan kemudian menafsirkannya bagaimana proses itu berlangsung meskipun kejadiannya telah berlalu beberapa juta tahun yang silam. Dengan melihat kepada sifat-sifat yang terdapat didalam batuan itu, bahkan kita akan mampu membedakan mana batupasir yang diendapkan oleh air dan mana yang diendapkan oleh angin.; mana endapan gletser dan mana endapan sungai atau laut, karena kita dapat membandingkannya dengan kejadian-kejadian yang sama yang sekarang sedang berjalan.
Apakah semua peristiwa yang pernah berlangsung dibumi ini dapat secara sukses dijelaskan dengan doktrin tersebut? Jawabannya adalah tidak, karena beberapa kejadian, seperti pembentukan bumi ini sendiri, pembentukan atmosfir dan bagian paling luar dari bumi, litosfir, ternyata hanya berlangsung satu kali saja dalam sejarah. Prinsip uniformitarianisma, mungkin hanya berlaku terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung 2/3 dari sejarah perkembangan bumi yang terakhir. Masalah lainnya yang dihadapi dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut untuk menafsirkan kejadian-kejadian dimasa lampau, adalah banyaknya bukti-bukti yang tidak lengkap yang telah terhapus oleh pengikisan-pengikisan, atau tertutup oleh endapan-endapan yang terjadi kemudian. Meskipun demikian, dengan tetap berpegang pada prinsip tersebut diatas, para ilmuwan kebumian masih tetap mampu untuk menafsirkan proses-proses yang pernah berlangsung serta mampu menemukan minyak bumi yang proses pembentukannya telah berlangsung beberapa juta tahun yang silam, bahkan meramalkan gejala-gejala alam yang mungkin terjadi, sehingga dengan demikian dapat dicegah terjadinya kerusakan-kerusakan yang lebih hebat sebagai akibat dari gerak-tanah, gempa bumi, letusan gunung-berapi dan sebagainya. Kesemuanya ini menyebabkan ilmu geologi semakin menarik untuk dipelajari dan dalam beberapa kasus bahkan menjadikannya sebagai sesuatu keharusan untuk diketahui.
1.4 Skala Waktu Geologi
Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan yang berada diatas bukit mungkin dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh karena itu untuk mempelajari bumi maka dimensi “waktu” menjadi sangat penting, dengan demikian mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang sangat penting pula.
Ketika kita berbicara tentang catatan sejarah manusia, maka biasanya ukuran waktunya dihitung dalam tahun, atau abad atau bahkan puluhan abad, akan tetapi apabila kita berbicara tentang sejarah bumi, maka ukuran waktu dihitung dalam jutaan tahun atau milyaran tahun. Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Catatan waktu biasanya disimpan dalam suatu penanggalan (kalender) yang pengukurannya didasarkan atas peredaran bumi di alam semesta. Sekali bumi berputar pada sumbunya (satu kali rotasi) dikenal dengan satu hari, dan setiap sekali bumi mengelilingi Matahari dikenal dengan satu tahun.
Sama halnya dengan perhitungan waktu dalam kehidupan manusia, maka dalam mempelajari sejarah bumi juga dipakai suatu jenis penanggalan, yang dikenal dengan nama “Skala Waktu Geologi”. Skala Waktu Geologi berbeda dengan penanggalan yang kita kenal sehari-hari. Skala waktu geologi dapat diumpamakan sebagai sebuah buku yang tersusun dari halaman-halaman, dimana setiap halaman dari buku tersebut diwakili oleh batuan. Beberapa halaman dari buku tersebut kadang kala hilang dan halaman buku tersebut tidak diberi nomor, namun demikian kita masih dapat membaca buku tersebut karena ilmu geologi menyediakan alat kepada kita untuk membantu membaca buku tersebut.
Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan umur Bumi. Pertama, adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.
Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perkembangan ilmu geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri (absolut) berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang diterapkan untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam bidang geologi.
Gambar 1.2 Kumpulan foto fosil yang menggambarkan keaneka ragaman dari evolusi kehidupan diatas bumi sepanjang 600 juta tahun. Fosil yang tertua berada pada bagian bawah sedangkan fosil termuda terletak dibagian atas. Ukuran dari setiap interval waktu digambarkan secara proporsional untuk setiap zaman.
1.4.1. Skala Waktu Relatif
Sudah sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur bebatuan berdasarkan angka seperti saat ini, mereka mengembangkan skala waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif dikembangkan pertama kalinya di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala).
Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang dan kata “Paleo” yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, “Meso” yang mempunyai arti tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.
Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentuk-bentuk kehidupan purba. Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia.
Tabel 1.1
Skala Waktu Geologi Relatif
KURUN | MASA | ZAMAN | KALA |
F A N E R O Z 0 I K U M | Kenozoikum | Kuarter | Holosen Plistosen |
Tersier | Pliosen Miosen Oligosen Eosen Paleosen | ||
Mesozoikum | Kapur | Akhir Awal | |
Jura | Akhir Tengah Awal | ||
Trias | Akhir Awal | ||
Paleozoikum | Perm | Akhir Awal | |
Karbon Atas | Akhir Tengah Awal | ||
Karbon Bawah | Akhir Awal | ||
Devon | Akhir Tengah Awal | ||
Silur | Akhir Tengah Awal | ||
Ordovisium | Akhir Tengah Awal | ||
Kambrium | Akhir Tengah Awal | ||
PROTEROZOIKUM | Akhir Tengah Awal | ||
ARKEAN | Akhir Tengah Awal |
1.4.2 Skala Waktu Absolut (Radiometrik)
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa skala waktu relatif didasarkan atas kehidupan masa lalu (fosil). Bagaimana kita dapat menempatkan waktu absolut (radiometrik) kedalam skala waktu relatif dan bagaimana pula para ahli geologi dapat mengetahui bahwa:
1. Bumi itu telah berumur sekitar 4,6 milyar tahun
2. Fosil yang tertua yang diketahui berasal dari batuan yang diendapkan kurang lebih 3,5 milyar tahun lalu.
3. Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang berlimpah diketahui bahwa pertama kali muncul pada batuan-batuan yang berumur 570 juta tahun yang lalu.
4. Umur gunung es yang terahkir terbentuk adalah 10.000 tahun yang lalu.
Para ahli geologi abad ke19 dan para paleontolog percaya bahwa umur Bumi cukup tua, dan mereka menentukannya dengan cara penafsiran. Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan atau milyaran tahun dapat dimungkinkan setelah diketemukan unsur radioaktif. Saat ini kita dapat menggunakan mineral yang secara alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun dari suatu batuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron. Isotop dari suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron pada inti atomnya. Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium memiliki 19 proton dan 21 neutron pada inti atomnya (potassium 40); atom potassium lainnya memiliki 19 proton dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium 41). Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan berubah menjadi isotop yang stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya melalui pertukaran di dalam inti atomnya.
Perubahan dari “Parent” ke “Daughter” terjadi pada kecepatan yang konstan dan dikenal dengan “Waktu Paruh” (Half-life). Waktu paruh dari suatu isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop radiokatif berubah menjadi ½ nya dari atom Parent-nya melalui proses peluruhan menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half life) tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium dengan ketelitian yang sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari sejumlah atom-atom parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan dapat dipakai untuk menentukan umur suatu batuan. Untuk menentukan umur geologi, ada empat seri peluruhan parent/daughter yang biasa dipakai dalam menentukan umur batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N), Potassium/Argon (K/Ar), Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb).
Penentuan umur dengan menggunakan isotop radioaktif adalah pengukuran yang memiliki kesalahan yang relatif kecil, namun demikian kesalahan yang kelihatannya kecil tersebut dalam umur geologi memiliki tingkat kisaran kesalahan beberapa tahun hingga jutaan tahun. Jika pengukuran mempunyai tingkat kesalahan 1 persen, sebagai contoh, penentuan umur untuk umur 100 juta tahun kemungkinan mempunyai tingkat kesalahan lebih kurang 1 juta tahun. Teknik isotop dipakai untuk mengukur waktu pembentukan suatu mineral tertentu yang terdapat dalam batuan. Untuk dapat menetapkan umur absolut terhadap skala waktu geologi, suatu batuan yang dapat di-dating secara isotopik dan juga dapat ditetapkan umur relatifnya karena kandungan fosilnya. Banyak contoh, terutama dari berbagai tempat harus dipelajari terlebih dahulu sebelum ditentukan umur absolutnya terhadap skala waktu geologi.
Pada tabel 1-3 dibawah diperlihatkan isotop isotop Parent dan Daughter sebagai turunannya yang umum dipakai untuk keperluan penentuan umur batuan :
Tabel 1.3
Isotop Radioaktif Parent, Daughter dan Waktu Paruh
Isotop Parent | Hasil Peluruhan (Daughter Product) | Nilai Waktu Paruh |
Uranium-238 | Lead-206 | 4.5 milyar tahun |
Uranium-235 | Lead-207 | 704 juta tahun |
Thorium-232 | Lead-208 | 14.0 milyar tahun |
Rubidium-87 | Strontium-87 | 48.8 milyar tahun |
Potassium-40 | Argon-40 | 1.25 milyar tahun |
Samarium-147 | Neodymium-143 | 106 milyar tahun |
Tabel 1.2
Skala Waktu Geologi Relatif dan Umur Radiometrik
KURUN | MASA | ZAMAN | Juta Tahun Yang Lalu |
F A N E R O Z 0 I K U M | Kenozoikum | Kuarter | 1,6 66 138 205 240 290 330 360 410 435 500 570 |
Tersier | |||
Mesozoikum | Kapur | ||
Jura | |||
Trias | |||
Paleozoikum | Perm | ||
Karbon Atas | |||
Karbon Bawah | |||
Devon | |||
Silur | |||
Ordovisium | |||
Kambrium | |||
Protero-zoikum | Akhir Tengah Awal | 2500 | |
Arkean | Akhir Tengah Awal | 3800 | |
Pra- Arkean |
Rumus matematis untuk penentuan umur geologi dengan menggunakan unsur radioaktif adalah sebagai berikut:
t = 1/λ ln ( 1 + D/p)
dimana : t = umur batuan atau contoh mineral
D = jumlah atom daughter hasil peluruhan saat ini
P = jumlah atom parent dari parent isotop saat ini
λ = konstanta peluruhan
(Konstanta peluruhan untuk setiap parent isotop adalah berelasi dengan waktu paruhnya, t ½ dengan persamaan sebagai berikut t ½ = ln2/λ.)
Penanggalan batuan dengan menggunakan waktu radioaktif secara teori sederhana, akan tetapi prosedur di laboratorium sangat rumit. Jumlah isotop parent dan daughter pada setiap sampel di analisa dengan berbagai metoda. Kesulitan yang utama terletak pada pengukuran / perhitungan yang akurat untuk jumlah isotop yang yang sedikit / kecil.
Metoda Kalium/Argon (K/Ar) dapat dipakai untuk batuan-batuan yang berumur relatif muda, yaitu beberapa ribu tahun. Kalium didapat pada banyak mineral-mineral pembentuk batuan, waktu paruh dari isotop radioaktif Kalium-40 adalah seperti yang dapat diukur banyaknya atom Argon (daughter) yang terakumulasi dalam mineral yang mengandung Kalium dari semua umur yang terdekat, serta jumlah isotop Kalium dan Argon dapat diukur dengan akurat, walaupun dalam jummlah yang sangat kecil. Apabila dimungkinkan, 2 atau lebih metoda analisis digunakan untuk sampel yang sama untuk mengecek hasil penentuan umur batuannya. Jam atom yang penting lainnya yang dipakai untuk keperluan penanggalan adalah atas dasar peluruhan radioaktif dari isotop Carbon-14, dengan waktu paruhnya 5730 tahun.
Skala waktu geologi merupakan hasil dari penelitian yang berlangsung cukup lama dan merupakan hasil penentuan umur dengan berbagai macam teknik dating. Ketersedian alat yang memadai akan memberikan informasi yang lebih rinci dan lebih detil lagi. Banyak para ahli telah berkontribusi terhadap kerincian dari skala waktu geologi yang ada ketika mereka mempelajari fosil dan batuan, serta sifat-sifat kimia dan fisika material yang menyusun bumi. Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologidan ilmuwan lain untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi.
1.4.3 Umur Bumi
Hingga saat ini para akhli ilmu kebumian belum mendapatkan cara yang tepat untuk menentukan umur Bumi secara pasti hanya dengan batuan yang ada di Bumi mengingat batuan tertua yang ada di Bumi telah terdaur ulang dan hancur oleh proses tektonik lempeng serta belum pernah ditemukan batuan-batuan yang terjadi saat pembentukan planet Bumi. Meskipun demikian para akhli sudah mampu menentukan kemungkinan umur dari Sistem Tata Surya dan menghitung umur Bumi dengan mengasumsikan bahwa Bumi dan benda-benda padat yang ada di dalam Sistem Tata Surya terbentuk pada saat yang bersamaan dan sudah pasti memiliki umur yang sama pula.
Umur dari batuan-batuan yang ada di Bumi dan di Bulan serta Meteorit dapat dihitung dengan pemanfaatkan unsur-unsur isotop radioaktif yang terjadi secara alamiah di dalam batuan dan mineral, terutama yang mempunyai kisaran waktu paruh diatas 700 juta tahun atau lebih dari 100 milyar tahun untuk menjadi unsur-unsur isotop yang stabil. Teknik pelarikan ini dikenal dengan “penanggalan radioaktif’ yang dipakai untuk menghitung umur batuan saat batuan tersebut terbentuk.
Batuan tertua yang berumur 3.5 milyar tahun dijumpai tersebar hampir disemua benua yang ada di Bumi. Batuan tertua tersebut antara lain dijumpai di Acasta Gneisses di bagian Baratlaut Canada dekat Great Slave Lake berumur 4.03 milyar tahun dan di Greenland bagian barat pada batuan Isua Supracrustal, berumur 3.4-3.5 milyar tahun. Hasil kajian dari penentuan umur batuan yang mendekati batuan tertua juga dijumpai di Minnesota River Valley dan Michigan bagian utara, berumur 3.5-3.7 milyar tahun, di Swaziland, berumur 3.4-3.5 milyar tahun dan di Australia Barat berumur 3.4-3.6 milyar tahun. Batuan batuan tersebut diatas telah diuji beberapa kali melalui metoda penanggalan radiometrik dan ternyata hasilnya tetap/konsisten. Hal ini memberi kepercayaan kepada para akhli bahwa penentuan umur yang dilakukan diyakini kebenarannya. Hal yang sangat menarik dari penentuan umur pada batuan batuan tertua diatas adalah bahwa batuan-batuan tersebut tidak berasal dari batuan kerak bumi akan tetapi berasal dari aliran lava dan batuan sedimen yang diendapkan di lingkungan air dangkal, dan dari genesa batuan-batuan tersebut mengindikasikan bahwa sejarah bumi sudah berjalan sebelum batuan tersebut terbentuk atau diendapkan.
Di Australia Barat, berdasarkan penanggalan radioaktif terhadap satu kristal zircon yang dijumpai dalam batuan sedimen yang umurnya lebih muda telah menghasilkan umur 4.3 milyar tahun yang menjadikan kristal ini sebagai material yang paling tua yang pernah ditemukan dimuka bumi. Batuan induk dari kristal zircon ini hingga saat ini belum ditemukan. Berdasarkan hasil penentuan umur dari batuan-batuan tertua dan kristal tertua menunjukkan bahwa Bumi paling tidak berumur 4.3 milyar tahun, namun demikian penentuan umur terhadap batuan-batuan yang ada di Bumi belum dapat untuk memastikan umur dari Bumi. Penentuan umur Bumi yang paling baik adalah yang didasarkan atas ratio unsur Pb dalam Troilite pada batuan Iron Meteorit yang diambil dari Canyon Diablo Meteorite menunjukkan umur 4.54 milyar tahun. Sebagai tambahan, baru-baru ini telah dilaporkan bahwa hasil penanggalan radioaktif U-Pb terhadap butiran-butiran mineral zircon yang berasal dari batuan sedimen yang ada di Australia Barat bagian tengah diperoleh umur 4.4 milyar tahun.
Hasil penanggalan radiometrik batuan-batuan yang berasal dari bulan diperoleh umur 4.4 dan 4.5 milyar tahun dan umur ini merupakan umur minimal dari pembentukan planet yang terdekat dengan Bumi. Ribuan fragmen meteorit yang jatuh ke Bumi juga telah dikumpulkan dan menjadi batuan yang terbaik untuk penentuan umur dari pembentukan Sistem Tata Surya. Lebih dari 70 meteorit dari berbagai jenis telah ditentukan umurnya berdasarkan penanggalan radiometrik dan hasilnya menunjukkan bahwa meteorit dan sistem tatasurya terbentuk 4.53 dan 4.58 milyar tahun yang lalu. Penentuan umur bumi tidak saja datang dari penanggalan batuan saja akan tetapi juga mempertimbangkan bahwa bumi dan meteorit sebagai bagian dari satu sistem yang sama dimana komposisi isotop timah hitam (Pb), terutama Pb207ke Pb206 berubah sepanjang waktu sebagai hasil dari peluruhan Uranium-235 (U235) dan Uranium-238 (U238).
Para akhli kebumian sudah memakai pendekatan ini dalam menentukan waktu yang dibutuhkan oleh isotop isotop didalam bijih timah hitam (Pb) tertua yang ada di Bumi, yang mana isotop isotop tersebut jumlahnya hanya sedikit, untuk berubah dari komposisi asalnya, sebagai hasil mengukuran dari uranium fase bebas pada besi meteorit (iron meteorites), terhadap komposisinya pada saat bijih timah hitam tersebut terpisah dari selaput sumbernya. Hasil perhitungan ini dalam umur Bumi dan Meteorit serta Sistem Tata Surya adalah 4.54 milyar tahun dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 persen. Untuk ketelitian, umur ini mewakili saat saat terakhir dimana isotop Timah Hitam adalah homogen selama Sistem Tata Surya bagian dalam dan saat dimana Timah Hitam dan Uranium menyatu menjadi padat dari Sistem Tata Surya. Umur 4.54 milyar tahun yang diperoleh dari Sistem Tata Surya dan Bumi adalah konsisten terhadap hasil perhitungan yang dilakukan sekarang untuk 11 sampai 13 milyar tahun umur Milky Way Galaxy (berdasarkan tahapan evolusi dari bintang berkabut global / globular cluster stars) dan umur 10 sampai 15 milyar tahun untuk umur Universal (berdasarkan atas penurunan dari jarak galaxy).
1.5 Konsep-konsep dan hukum-hukum dalam ilmu geologi
Untuk dapat memahami ilmu geologi, pemahaman tentang konsep-konsep dan hukum-hukum dalam ilmu geologi sangatlah penting dan merupakan dasar dalam mempelajari ilmu geologi. Adapun hukum dan konsep geologi yang menjadi acuan dalam geologi antara lain adalah konsep tentang susunan, aturan dan hubungan antar batuan dalam ruang dan waktu. Pengertian ruang dalam geologi adalah tempat dimana batuan itu terbentuk sedangkan pengertian waktu adalah waktu pembentukan batuan dalam skala waktu geologi. Konsep uniformitarianisme (James Hutton), hukum superposisi (Steno), konsep keselarasan dan ketidakselarasan, konsep transgresi-regresi, hukum potong memotong (cross cutting relationship) dan lainnya.
1. Doktrin Uniformitarianisme
James Hutton (1785) : Sejarah ilmu geologi sudah dimulai sejak abad ke 17 dan 18 dengan doktrin katastrofisme yang sangat populer. Para penganutnya percaya bahwa bentuk permukaan bumi dan segala kehidupan diatasnya terbentuk dan musnah dalam sesaat akibat suatu bencana (catastroph) yang besar. James Hutton, bapak geologi modern, seorang ahli fisika Skotlandia, pada tahun 1795 menerbitkan bukunya yang berjudul “Theory of the Earth”, dimana ia mencetuskan doktrinnya yang terkenal tentang Uniformitarianism.
Uniformitarianisme merupakan konsep dasar geologi modern. Doktrin ini menyatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini berlangsung juga pada masa lampau. Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati saat ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi. Doktrin ini lebih terkenal sebagai “The present is the key to the past” dan sejak itulah orang menyadari bahwa bumi selalu berubah. Dengan demikian jelaslah bahwa geologi sangat erat hubungannya dengan waktu. Pada tahun 1785, Hutton mengemukakan perbedaan yang jelas antara hal yang alami dan asal usul batuan beku dan sedimen. James Hutton berhasil menyusun urutan intrusi yang menjelaskan asal usul gunungapi. Dia memperkenalkan hukum superposisi yang menyatakan bahwa pada tingkatan yang tidak rusak, lapisan paling dasar adalah yang paling tua. Ahli paleontologi telah mulai menghubungkan fosil-fosil khusus pada tingkat individu dan telah menemukan bentuk pasti yang dinamakan indek fosil. Indek fosil telah digunakan secara khusus dalam mengidentifikasi horison dan hubungan suatu tempat dengan tempat lainnya.
William Smith (1769-1839): Mengemukakan suatu konsep yang diterapkan pada perulangan lapisan-lapisan batuan sedimen yang ada di Inggris. Smith telah membuktikan bahwa dalam perioda waktu yang sama akan terjadi perulangan lapisan batuan yang sama dan setiap formasi pada lapisan batuan akan mempertlihatkan karakter yang sama. Berdasarkan hal tersebut, Smith mengajukan suatu konsep yang dikenal dengan hukum suksesi fauna.
2. Hukum Superposisi (Nicholas Steno)
- Horizontalitas (Horizontality) : Kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan adalah horisontal, kecuali pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-dip) karena dasar cekungannya yang memang menyudut.
- Superposisi (Superposition) : Dalam kondisi normal (belum terganggu), perlapisan suatu batuan yang berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.
- Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) : Pelamparan suatu lapisan batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa perlapisan batuan tersebut berubah facies. Dengan demikian, konsep perubahan facies terjadi apabila dalam satu lapis batuan terdapat sifat, fisika, kimia, dan biologi yang berbeda satu dengan lainnya.
3. Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity)
a) Keselarasan (Conformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus), tidak terdapat selang waktu (rumpang waktu) pengendapan. Secara umum di lapangan ditunjukkan dengan kedudukan lapisan (strike/dip) yang sama atau hampir sama, dan ditunjang di laboratorium oleh umur yang kontinyu.
| |||
| |||
| |||
|
b) Ketidak Selarasan (Unconformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak menerus), yang disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Dalam geologi dikenal 3 (tiga) jenis ketidak selarasan, yaitu (lihat gambar 1.3):
Gambar 1.3 Tiga jenis bentuk ketidakselarasan dalam geologi: Angular unconformity, Disconformity, dan Nonconformity
1) Disconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya) yang dibatasi oleh satu rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi pengendapan).
2) Angular Unconformity (Ketidakselarasan Bersudut)adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan lainnya (kelompok batuan lainnya), memiliki hubungan/kontak yang membentuk sudut.
3) Nonconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan beku atau metamorf.
Gambar 1.4 Foto singkapan batuan-batuan yang memperlihatkan hubungan yang tidak selaras: ketidakselarasan bersudut (Angular Unconformity) |
4. Genang laut dan Susut laut (Transgresi dan Regresi )
a). Transgresi (Genang Laut). Transgresi dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju penurunan dasar cekungan lebih cepat dibandingkan dengan pasokan sedimen (sediment supply). Garis pantai maju ke arah daratan.
b). Regresi (Susut Laut). Regresi dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju penurunan dasar cekungan lebih lambat dibandingkan dengan pasokan sedimen (sediment supply). Garis pantai maju ke arah lautan.
5. Hubungan potong memotong (Cross-cutting relationships)
Hubungan petong-memotong (cross-cutting relationship) adalah hubungan kejadian antara satu batuan yang dipotong/diterobos oleh batuan lainnya, dimana batuan yang dipotong/diterobos terbentuk lebih dahulu dibandingkan dengan batuan yang menerobos.
Pada gambar 1.6 terlihat urutan kejadian dan umur batuan adalah sebagai berikut: batuan yang terbentuk/terendapkan pertama kali adalah Formasi (Fm) Lutgrad, selanjutnya berturut-turut adalah Fm Birkland, Fm. Leet Junction.
Gambar 1.5 Hubungan potong memotong (crosscutting relationships): Fm. Lutgrad, Fm. Birkland, dan Fm. Leet Junction diterobos oleh intrusi Granit dan kemudian terbentuk Fm. Larsonton disertai intrusi Dike, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan Fm. Foster, Fm. Hamlinville, dan Skinner Guich Limestone.
Ketiga formasi batuan tersebut kemudian mengalami orogenesa disertai terbentuknya batuan terobosan (Intrusi) Granit dan kemudian tererosi membentuk bidang ketidak selarasan bersudut dan dilanjutkan dengan pengendapan Fm. Larsonton dan aktivitas magma berupa Intrusi Dike, dilanjutkan dengan pembentukan Fm. Foster City, Fm. Hamlinville, dan batuan termuda dan terakhir terbentuk adalah Skinner Guich Limestone.
Gambar 1.6 dan gambar 1.7 adalah contoh lain dari hubungan batuan yang saling potong-memotong. Pada gambar 1.6 merupakan intrusi berbentuk dike (warna hitam) yang memotong batuan sampingnya (warna putih), sedangkan gambar 1.7 adalah intrusi berbentuk gang/korok (warna coklat muda) yang menerobos batuan samping (warna abu-abu kecoklatan). Hal yang sama berlaku juga pada gambar 1.8 antara batuan intrusi berbentuk gang dengan batuan sampingnya.
Gambar 1.6 Fotocc singkapan batuan intrusi dyke (warna gelap) memotong batuan samping (warna terang). Intrusi dyke lebih muda terhadap batuan sampingnya.
Gambar 1.7 Foto singkapan batuan intrusi korok (warna coklat muda) memotong batuan samping (warna abu-abu kecoklatan). Intrusi gang lebih muda terhadap batuan sampingnya.
Gambar 1.8 Foto singkapan batuan intrusi gang / korok (warna coklat tua) memotong batuan granit (warna coklat terang). Intrusi korok lebih muda terhadap batuan sampingnya.
RINGKASAN Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planit bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi Fisik adalah bagian ilmu geologi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi, seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi, selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir, serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi Matahari dan tarikan gayaberat bumi. Geologi Dinamis adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari dan membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan pegunungan. Skala Waktu Geologi adalah sistem penanggalan bumi yang dipakai untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi. Sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi lagi menjadi Era (Kurun), dan Era dibagi menjadi Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala). Terdapat 2 jenis pembagian Skala Waktu Geologi, yaitu Skala Waktu Relatif dan Skala Waktu Nisbi (Radiometri): · Skala Waktu Relatif adalah skala waktu geologi yang didasarkan atas fosil-fosil yang terdapat dalam batuan sepanjang sejarah bumi. · Skala Waktu Nisbi (Radiometri) adalah skala waktu geologi yang didasarkan atas penentuan penanggalan isotop radioaktif pada mineral-mineral radioaktif yang terdapat dalam batuan. Konsep Uniformitarianisme adalah suatu konsep dasar dalam ilmu geologi modern yang mengacu pada doktrin “The present is the key to the past”. Doktrin ini menyatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini berlangsung juga pada masa lampau. Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati saat ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi. Hukum Suoerposisi : 1. Horizontalitas (Horizontality): Kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan adalah horisontal, kecuali pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-dip) karena dasar cekungannya yang memang menyudut. 2. Superposisi (Superposition): Dalam kondisi normal (belum terganggu), perlapisan suatu batuan yang berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya. 3. Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity): Pelamparan suatu lapisan batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa perlapisan batuan tersebut berubah facies. Keselarasan dan Ketidakselarasan 1. Keselarasan adalah hubungan antar perlapisan batuan yang kontinyu (menerus), tidak terdapat selang waktu (rumpang waktu) pengendapan. 2. Ketidak-selarasan adalah hubungan antar yang tidak menerus yang disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Terdapat 3 (tiga) jenis ketidak-selarasan, yaitu ketidak selarasan bersudut (angular), disconformity, dan non-conformity. Transgresi dan Regresi 1. Transgresi (Genang Laut) dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju penurunan dasar cekungan lebih cepat dibandingkan dengan pasokan sedimen (sediment supply). 2. Regresi (Susut Laut) dalam pengertian stratigrafi/sedimentologi adalah laju penurunan dasar cekungan lebih lambat dibandingkan dengan pasokan sedimen (sediment supply). Hubungan Potong Memotong (Cross-cutting Relationship) adalah hubungan kejadian antar batuan. Urutan pembentukan batuan dapat ditentukan berdasarkan hubungan potong memotong, dimana batuan yang dipotong (diterobos) terbentuk lebih dahulu dibandingkan dengan batuan yang menerobosnya. |
PERTANYAAN ULANGAN
Hukum Superposisi Keselarasan dan Ketidakselarasan Transgresi dan Regresi Hubungan potong-memotong (crosscutting relationship) |
Thus a brief discussion of the article Arti Ilmu Geologi
And that's the article Arti Ilmu Geologi this time, hopefully the above article can provide benefits for all of you. greetings, see you in other posts and articles.
You are currently reading the article Arti Ilmu Geologi with link address https://decivilisme.blogspot.com/2014/05/arti-ilmu-geologi_28.html